Menemani mahasiswa ke Museum Kolong Tangga kemarin siang, membuat saya tiba-tiba teringat pada film Toy Story 2. Terdapat tokoh antagonis pada film kartun, atau animasi, tersebut, yaitu Stinky Pete the Prospector. Ia digambarkan menjadi berkarakter buruk karena iri dengan boneka lain yang dimainkan oleh anak-anak, sementara ia tinggal berdebu di dalam kotak kardusnya tanpa pernah disentuh.
Secara alegoris, kasus yang dimunculkan dalam film animasi tersebut terasa dekat dengan dunia museum. Banyak objek koleksi, yang jarang dipamerkan, atau berada dalam pameran namun tidak dikuratori dengan pendekatan yang baik, namun seperti status quo: mereka ada tetapi tidak memiliki peran atau pengaruh. Objek-objek itu seperti Stinky Pete: terpelihara dan aman tetapi sunyi dalam kotak pembungkusnya.
***
Kurator museum dapat menghidupkan objek dengan berbagai cara.
Pertama, kurator dapat memberikan narasi yang relevan. Objek bukan hanya bentuk dan material, atau hanya penanda tahun dibuat. Setiap benda di museum membawa membawa cerita tentang masalah sosial, politik, ekologi, bahkan emosi. Cerita ini akan didapat jika kurator melakukan riset atau museum melakukan dokumentasi dengan baik.
Kedua, menempatkan objek dalam alur cerita (storyline) yang sesuai. Dalam pameran sering diperlukan alur cerita yang akan merangkai setiap objek yang ditampilkan. Masing-masing objek diberi peran tertentu dalam rangkaian cerita yang dicipta oleh kurator. Selain merangkai objek, alur cerita juga akan menarik pengunjung untuk mengikuti cerita yang disajikan sebagai perjalanan yang di setiap perhentiannya menemukan objek dengan cerita terkait.
Ketiga, kurator dapat menggunakan berbagai media interpretasi. Objek tidak muncul sendirian, tetapi diberi pendampingan setidaknya label (teks) yang tepat. Berbagai sarana audio, video, multimedia interaktif, AR/VR, membuat komunikasi dapat terjalin di antara objek dan pengunjung.
***
Inti dari pekerjaan kurator adalah menempatkan kembali objek yang dikelolanya dalam konteks kehidupan manusia. Objek akan kembali mendapat peran, meski berbeda dari peran saat berada dalam konteks “sistem” terdahulu sebelum masuk ke museum, menjadi dalam konteks museum.
Objek tidak boleh menjadi Stinky Pete yang frustrasi karena dibiarkan diam di rak, bahkan bungkusnya pun belum dibuka. Ia menunggu kurator untuk menghidupkan. [z]
Baca juga: