Kuliah Kerja Nyata, atau KKN, bagi banyak universitas adalah kewajiban. Mahasiswa kadang tidak tahu harus mengembangkan program seperti apa karena tiba-tiba semester KKN sudah datang. Tentu universitas memberikan pembekalan kepada calon peserta sebelum diberangkatkan ke lokasi.
Program kerja KKN akan sangat tergantung pada kondisi wilayah, termasuk keinginan masyarakat. Mensinkronkan kondisi wilayah, keinginan masyarakat, serta kemampuan mahasiswa akan menjadi hal yang krusial dalam pengembangan program kegiatan KKN.
Bagi mahasiswa bidang sosial-humaniora, pengembangan program ini tidak kurang peliknya. Kegiatan yang tidak bersifat fisik (tidak seperti membangun jembatan), membuat ukuran keberhasilan akan tidak mudah.
Saya tidak pernah membimbing KKN, tetapi beberapa kali mahasiswa datang untuk berdiskusi mengenai program yang dapat dilakukan di desa. Beberapa hal berikut adalah catatan dari diskusi-diskusi tersebut, sepanjang teringat.
Inventarisasi dan mengembangkan narasi potensi kawasan.
Beberapa desa memiliki keinginan untuk menjadi tempat wisata. Pengembangan desa wisata tentu menjadi satu topik tersendiri untuk dibahas karena cukup kompleks. Bagian-bagian dari upaya pengembangan tersebut dapat dilakukan dalam program KKN, misalnya dengan memetakan potensi dan mendokumentasikannya termasuk membuat narasi.
Narasi bukan sekedar mendeskripsi, namun juga mengemukakan nilai penting dari potensi tersebut.
Proses inventarisasi dan penyusunan dokumen-dokumen ini sebaiknya melibatkan masyarakat, dapat secara partisipatif atau partisipatoris jika memungkinkan.
Produk dari kegiatan ini dapat berupa dokumen, baik foto, narasi, atau peta serupa Greenmap yang memetakan potensi budaya dan alam. Kegiatan lanjutannya adalah diseminasi, atau pelatihan penggunaan dokumen-dokumen tersebut kepada masyarakat. Tanpa itu, kemungkinan hanya akan berakhir dengan dokumen.
[bersambung]
Baca juga