Punakawan
\
Seri Perpanjangan Pengalaman #2 “Semai Semarai”
Salah satu kelompok wayang yang menurut saya aneh bentuknya, selain kelompok gendruwa dan wewe, adalah punakawan. Saya sebut aneh karena berbeda dari wayang-wayang lain, atau boneka wayang lain, yaitu bahwa bentuk muka yang “tidak standar” juga bentuk bagian lain. Pakaian cenderung sederhana, tidak banyak ukiran ornamentasi yang disematkan pada wayang ini.
Mungkin perbedaan ini karena fungsinya dalam cerita yang bersifat khusus, selain bahwa empat punakawan ini konon merupakan ciptaan Jawa, disisipkan pada cerita Mahabharata atau Ramayana yang diimpor dari India.
Fungsi punakawan adalah sebagai abdi, pembantu para ksatria. Sekaligus, mereka menjadi penghibur bagi penonton di tengah-tengah cerita kepahlawanan yang serius. Sebenarnya tugas mereka tidak kalah serius, yaitu memberikan nasihat. Sasaran nasihat ya kepada para ndara, bendara, tuan, majikan mereka meski, sebagai tontonan dan tuntunan, nasihat itu diberikan sebenarnya kepada para penonton.
Salah satu lakon penuh nasihat yang saya suka adalah Petruk Dadi Ratu, “Petruk menjadi Raja”. Betapa seseorang yang mengambil bukan porsinya akan tidak kuat menanggungnya, dan malah membuat tatanan menjadi porak-poranda.
Salah satu materi pameran Semai Semarai yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Bantul, Agustus 2024, adalah satu set wayang punakawan, yang dipinjam dari Museum Wayang “Kekayon”, Yogyakarta. Set ini terdiri atas tokoh Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong, badannya bercat keemasan, sementara bagian lemahan berwarna merah yang mencirikan sebagai wayang gagrak Yogyakarta.
Kemunculan wayang ini dalam pameran tersebut memberikan gambaran tentang kekayaan budaya tradisi yang dapat menjadi dasar bagi pengembangan budaya-budaya kreatif lain.