Selamat Hari Guru
Terlambat sedikit. Kemarin adalah Hari Guru.
Satu kerisauan saat ini adalah adanya pertanda bahwa profesi guru tidak begitu diminati lagi. Dahulu guru adalah profesi populer, banyak anak yang bercita-cita menjadi guru. Guru juga merupakan profesi yang ‘turun-temurun’ atau profesi keluarga. Anak mencontoh orang tuanya yang menjadi guru. Adik mencontoh kakaknya. Waktu itu, guru berkaitan dengan etika: pengabdian. Di samping itu, menjadi guru (mungkin menjadi pegawai negeri) adalah menjadi orang terhormat. Ia sangat berguna bagi masyarakat di sekelilingnya, dan seringkali menjadi tokoh setempat.
Pada perkembangannya, kira-kira di perempat terakhir abad yang lalu, profesi ini populer mungkin karena sempat terjadi ‘booming’ sekolah dasar dan guru menjadi pilihan yang relatif mudah untuk mendapatkan pekerjaan.
Entah kenapa profesi ini sekarang ditengarai menjadi tidak populer lagi. Mungkin karena sekolah negeri banyak yang tutup, atau barangkali guru memang tidak ‘berbakat’ untuk mereproduksi dirinya sendiri. Ia bertugas mengantarkan anak didiknya ke jenjang yang lebih tinggi, ke kehidupan yang lebih baik daripada dirinya. Mulia.
Salah satu upaya pemerintah mempopulerkan lagi (dengan kata lain: menambah jumlah guru) adalah dengan menaikkan kesejahteraannya. Hal ini merupakan hal yang tidak dapat dihindari, meskipun kemudian menjadi guru kadang bukan lagi panggilan hati, dan berlakulah hukum ekonomi.
(Jadi ingat sekolah-sekolah yang mahal itu..)
Selamat Hari Guru. Kami titipkan anak kami kepadamu. [z]