Membangun Museum Berbasis Komunitas
Dari, Oleh, Untuk Komunitas
Pada prinsipnya, museum berbasis komunitas adalah museum yang datang dari komunitas, dilakukan oleh komunitas, dan ditujukan untuk komunitas tersebut, dengan kata lain: dari kita, oleh kita, untuk kita. Museum juga berisi hal-hal tentang komunitas yang bersangkutan: asal-usul, sejarah, budaya atau keseharian, hingga gagasan-gagasan untuk masa depan komunitas.
Dengan gagasan bahwa museum itu dari/oleh/untuk kita, maka museum akan berfokus kepada komunitas sendiri yaitu edukasi dan komunikasi di antara anggota komunitas. Memang tidak eksklusif untuk mereka saja namun turis menjadi tidak penting dan jika ada, kedatangan mereka merupakan bonus. Sebagian pandangan tentang kegiatan pariwisata berbasis komunitas juga menyasar wisatawan seperti umumnya atraksi wisata lain, namun mensyaratkan kendali dan keuntungan harus berada di tangan komunitas.
Maka, dengan gagasan tersebut, anggota komunitas dapat mengatur sendiri museumnya, tujuan museum, tentang objek yang dipajang di museum. Objek keseharian yang ada di rumah dapat dibawa ke museum untuk disimpan atau ditunjukkan/dipamerkan kepada orang lain. Objek keseharian dapat menjadi bagian dari cerita etnografis, serta benda-benda kriya ciptaan mereka dapat menjadi karya seni. Objek tersebut dibawa ke museum, untuk diketahui oleh anggota komunitas yang lain, keturunan di kelak kemudian hari, atau para turis dari luar wilayah. Anggota komunitas dapat membahas, mempelajari, dan kemudian merespon jika memungkinkan dengan berbagai wujud: mengingatnya, mendiskusikannya, atau bahkan membuat objek yang lain sesuai dengan keperluan dan kapasitas mereka.
Pendirian
Tata cara pendirian museum sudah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah. Untuk museum komunitas, kita dapat menyesuaikan dengan keperluan komunitas, sehingga mestinya tidak harus sangat ketat mengikuti aturan tersebut kecuali jika ingin mendapatkan akreditasi dari pemerintah. Nama museum, untuk museum komunitas juga sebaiknya diberikan sebagai identitas. Visi-misi museum seperti disyaratkan dalam PP Museum, dapat dilakukan dengan melakukan diskusi di antara warga tentang maksud pendirian museum.
Koleksi, dapat dipenuhi dengan berbagai objek dari warga yang sesuai tujuan museum, yang mungkin berkait dengan keseharian, kesejarahan, kreasi, serta cita-cita komunitas. Tempat atau lokasi, dapat menggunakan bangunan sendiri atau menumpang pada bangunan lain yang telah ada. Living museum seperti yang dikembangkan di Kotagede, Yogyakarta, bahkan menggunakan bangunan-bangunan milik warga. Pengelolaan museum komunitas dilakukan oleh komunitas sendiri, sesuai dengan gaya dan keperluan mereka sehingga SDM akan dipenuhi oleh warga komunitas. Begitu pula dengan pendanaan, yang mesti diusahakan oleh warga, meski tidak serinci museum pada umumnya.
Kegiatan
Aktivitas yang dilakukan oleh museum komunitas, tentu berkait dengan pameran dan kegiatan edukasi lain, serta perawatan. Dalam pameran dan edukasi lain, museum dapat melakukan pameran seperti umumnya, atau menyelenggarakan kegiatan-kegiatan edukatif kepada komunitas sendiri berkait dengan objek-objek yang dimiliki oleh museum.
Perawatan koleksi museum dapat dilakukan dengan menerapkan kebiasaan-kebiasaan setempat dalam merawat benda. Kadang komunitas memiliki teknik-teknik yang sudah dilakukan secara turun-temurun.
Pengkajian koleksi secara dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan dan keperluan setempat misalnya dengan masyarakat sendiri memberikan cerita atas objek yang ia sumbangkan kepada museum.
Kemudian, museum komunitas juga perlu mengembangkan jejaring, karena kadang komunitas perlu bantuan pihak lain untuk pengembangan.
Jatisumber, 10 Juli 2017