Arkeologi Islam
\
Salah satu pembidangan dalam khazanah arkeologi di Indonesia adalah Arkeologi Islam. Bidang ini merupakan hasil dari pembabakan perkembangan kebudayaan Indonesia berdasar benda materi yang ditinggalkan. Umumnya, dipahami bahwa kebudayaan Indonesia dari sisi arkeologi, atau dengan data bendawi, berkembang melalui masa Prasejarah (ketika belum dikenal tulisan), masa Hindu-Buddha (atau kadang disebut juga Klasik Indonesia), serta masa Islam. Belakangan, ditambah lagi dengan masa Kolonial.
Terdapat berbagai kesulitan dengan pembagian berdasar zaman ini, karena secara umum kebudayaan tidak berganti total begitu ada pengaruh lain yang datang. Terdapat tumpang tindih di antara budaya-budaya tersebut di satu, juga karena wilayah Indonesia cukup luas, maka perubahan kebudayaan juga tidak serentak-merata.
Objek khas dalam kajian Arkeologi Islam adalah masjid, makam, istana, taman, serta kota. Bangunan-bangunan tradisional juga sering menjadi kajian Arkeologi Islam, barangkali karena umumnya bangunan tradisional yang masih ada berkembang bersamaan dengan periode Islam atau dihasilkan oleh masyarakat Islam. Sebelum masa Kolonial menjadi bidang kajian tersendiri, budaya yang berkembang juga menjadi kajian dari Arkeologi Islam, atau Arkeologi Masa Pengaruh Islam.
Lihat juga:
- Mencatat dan Memperbincangkan Masjid di Indonesia
- Masjid lama di Indonesia
- Makam Imogiri
- Kajian-kajian tentang dalem
Arkeologi Kolonial pernah menjadi “anak” bidang ini, barangkali karena waktunya berimpitan. Sub bidang ini membahas peninggalan dari masa Kolonial, baik dari pengaruh Eropa maupun pengaruh Cina. Pembagian tersebut secara tradisional tidaklah berfokus pada masalah kolonialisme. Oleh karena itu, Arkeologi Kolonial juga disebut Arkeologi Masa Kolonial. Di Prodi Arkeologi FIB UGM, salah satu mata kuliah pernah bernama “Arkeologi Pengaruh Asia-Eropa”, dengan catatan bahwa Asia yang dimaksud adalah Cina pada masa Kolonial.
Pada lingkup Arkeologi Islam terdapat pula sub bidang Epigrafi Islam dengan materi kajian berupa tulisan-tulisan kuno berhuruf Arab yang berbentuk prasasti atau epitaf. Umumnya sumber data yang digunakan adalah tulisan-tulisan yang tertera pada bangunan atau nisan.
Lihat juga:
Dalam hal kajian perkotaan, toponim menjadi salah satu data yang membantu rekonstruksi. Toponim adalah nama-nama wilayah, kampung, jalan, dan sebangsanya. Pengetahuan akan toponim dapat digunakan untuk membantu rekonstruksi sejarah ruang kota.
Lihat juga:
[z]