4R Melawan Sampah
|
Tindakan mengurangi sampah dalam rangka ‘go green‘ kebanyakan terbatas pada 3R, yaitu reduce, reuse, dan recyle. Sebagian pegiat memasukkan juga repair yang membuatnya menjadi 4R. Sebagian pegiat yang lain tidak memasukkan repair melainkan refuse dalam 4R mereka, atau memmilih recovery sebagai salah satu langkah. Sementara itu, muncul pula istilah upcycle yang membuat kumpulan istilah ini tidak lagi melulu berawalan huruf ‘R’.
Saya sendiri cocok dengan 4R yang pertama. Berikut pemahaman dan catatan saya tentang hal ini.
Reduce
Upaya ini berarti pengurangan penggunaan barang berpotensi sampah sebanyak mungkin.1 Kita dapat memilih benda yang dapat digunakan secara berulang daripada benda yang sekali pakai. Kita juga dapat memilih benda yang berumur lebih panjang daripada benda-benda yang cepat rusak.
Berkait dengan hal ini muncul refuse, yaitu menolak penggunaan benda tertentu. Kita dapat menolak pemberian tas kresek di toko dengan membawa tas sendiri. Di toko-toko juga muncul anjuran untuk menggunakan tas sendiri karena konon tas kresek butuh waktu puluhan tahun untuk hancur kembali ke alam.
Toko ‘Merah’ di Jalan Kaliurang, Yogyakarta, misalnya. Beberapa tahun yang lalu, ketika masih di tempat yang lama, di meja kasir terdapat tulisan (tangan) yang kira-kira menyatakan bahwa jika tidak memerlukan tas maka silakan ngomong. Mini-market juga menyarankan penggunaan tas berulang (dan mereka membuat tas awet yang dijual cukup mahal… ).
Terdapat juga gerakan seperti ‘diet tas kresek’ yang artinya bukanlah ‘makan tas kresek’ melainkan kurangi penggunaan hal yang sebenarnya tidak perlu itu.
Repair
Memperbaiki barang-barang rusak dapat memperpanjang usia pakai barang tersebut. Dengan demikian, penggunaan sumber daya untuk memproduksi menjadi berkurang. Lampu hemat energi yang rusak diperbaiki lagi daripada membeli yang baru.
Hanya, pada titik tertentu mungkin tindakan repair tidak lagi efektif sehingga harus mengupayakan benda baru. Kadang teknologi baru juga lebih efisien dalam sumber daya.
Reuse
Penggunaan ulang barang-barang baik untuk keperluan baru atau untuk keperluan yang sama seperti sebelumnya. Penggunaan yang berbeda misalnya bekas wadah minyak sebagai pot dan botol bekas selai sebagai gelas minum. Sementara itu, penggunaan untuk keperluan yang sama antara lain adalah penggunaan isi ulang (refill), recharging baterai, juga isi ulang tinta printer.
Agak berkait dengan hal ini adalah upcycling, yang menjadi tren beberapa waktu terakhir di luar negeri. Barang-barang dibongkar, kemudian diciptakan barang baru. Maka tercipta misalnya bangku dari kayu bekas. Banyak upaya upcycle yang dilakukan oleh perancang profesional sehingga barang baru menjadi ‘naik pangkat’ dari sebelumnya. Tindakan ini konon juga menjadi tren di beberapa belahan dunia.
Recycle
Dari istilahnya, recycle adalah upaya memasukkan kembali benda ke dalam daur (cycle) hidup benda. Umumnya, upaya ini dipahami sebagai reuse dan upcylce. Jika kita meng-google atau meramban di Pinterest dengan kata kunci ‘recycle‘ akan menemukan banyak hal tentang penggunaan ulang benda sebagaimana bentuknya, alias tidak melalui banyak pengubahan.
Saya rasa, recycle lebih berkait dengan upaya mengembalikan kepada bagian-bagiannya sebelum digunakan lagi. Plastik botol P.E.T. misalnya, dicacah dan dilebur untuk menjadi busa kursi. Tidak terlihat jejak botol bekas minuman itu dalam benda recycle yang dihasilkan.
***
Dari hal-hal tersebut di atas terlihat bahwa salah satu kunci upaya ini adalah penggunaan ulang. Entah, apakah parikan Jawa ‘theklek kecemplung kalen, tinimbang golek aluwung balen‘ memang kompatibel dengan hal itu… [z]
Catatan Kaki
- Hemat saya, segala bentuk pengurangan konsumsi penting untuk kegiatan go-green. Dengan demikian maka penggunaan sumber daya untuk mencipta, menggunakan, merawat, serta membuang barang akan berkurang. [↩]