Dibangunkan Asap
\
Hari sudah siang, Mas Petruk belum bangun juga. Dewi Ambarwati, istrinya tidak sabar. Ia sudah mengerjakan berbagai pekerjaan rumah sejak fajar merekah tetapi si suami masih molor hingga matahari meninggi.
Dari jalan kampung di depan sono terdengar suara gemuruh, asap terlihat membubung di atas atap tetangga. Bukan terjadi kebakaran rumah atau ada orang membakar sampah, tetapi ternyata sedang dilakukan fogging, pengasapan untuk membasmi nyamuk, di kompleks tersebut. Tingkat demam berdarah memang cukup tinggi di kampung ini dalam beberapa waktu terakhir. Belum lagi jika menghitung penderita chikungunya.
Tiba-tiba di dalam benak Mbak Ambarwati terpikirkan satu cara jitu membangunkan suaminya yang malas-malasan itu.
Ia pun pergi ke jalan yang membelah kompleks untuk menemui sang juru asap. Dengan uang lima ribu rupiah sebagai salam tempel, Mbak Ambarwati meminta orang ‘bersenjata’ menderu itu untuk mengasapi rumahnya. Alasannya adalah karena terdapat banyak nyamuk di rumahnya. Pengasapan yang sedang dilakukan itu di jalan-jalan tidak menjangkau rumah Mbak Ambarwati yang memang terletak agak di belakang bangunan tempat tinggal para warga lain.
Mas fogging segera menuju rumah Mbak Ambarwati sembari terus menebar asap di sepanjang gang. Di rumah mungil itu, asap ia hembuskan ke segenap sudut dan penjuru. Alhasil, Mas Petruk yang lagi tidur terbangun dan dengan terhuyung-huyung segera berlari ke luar rumah.
Mbak Ambarwati tersenyum, suaminya sudah bangun. [z]
Samarinda, 28 September 2013, di tengah kepulan asap pestisida.