Bukumuka, oh Bukumuka
[]
Ketika facebook masih agak baru dulu, seorang artis menyatakan bahwa status facebook yang dibuat sebaiknya berguna bagi pembaca dan tidak menyakiti orang. Pada waktu itu, masih sangat disadari bahwa facebook adalah sarana komunikasi yang perlu digunakan dengan hati-hati.
Hingga suatu pagi, saya jumpai satu status di facebook, yang kira-kira berisi: “facebook adalah fasilitas yang aneh, memungkinkan kita berbicara kepada dinding”.
Kepada dinding? Tentu tidak. Facebook berada di jaringan publik dan bukan hanya stand alone di komputernya. Status tentu dibaca orang lain–dengan asumsi dia memiliki teman/kontak facebook. Hanya, perasaan ‘berbicara kepada dinding’ ini mungkin cukup dihayati sehingga kita sering menemukan status yang membuat saya (yang lagi belajar berprasangka baik) ingin sekali menulis komentar: ‘egp‘. Tetapi karena hal tersebut bisa menyakiti si penulis, dan membuat perkara, maka cukup saya ucapkan dalam hati.
Facebook adalah sarana komunikasi, yang berarti menjembatani hubungan antara satu orang dengan orang lain, atau pihak-pihak yang berkomunikasi. Apapun yang ditulis dan diunggah di facebook adalah bentuk komunikasi kita kepada orang lain. Mereka tidak berteriak di tengah padang. Mungkin lebih tepat seperti seseorang melarung pesan di dalam botol dan berharap entah siapa menemukan. Atau seperti berteriak di lembah, dan tanggapan orang lain seperti gema yang datang kembali (dan kita menikmati gema itu).
… tanggapan orang lain seperti gema yang datang kembali (dan kita menikmati gema itu).
Hanya, kadang-kadang komunikasi yang dilakukan oleh para facebooker bersifat simbolik. Agar tak terlalu serius, kita gunakan saja: ilmu karambol. Status facebook (dan segala hal yang diunggah di facebook) dapat seperti biji karambol: yang diincar yang lain, yang dikenai yang lain lagi. (Hah, malah jadi rumit). Seorang yang berteriak di wall-nya “I hate this restaurant!!!!!” dapat dibaca sebagai “dia lagi makan di restoran”. Kenapa juga benci sama restoran diumum-umumkan?
Semoga ini bukan ilmu sirik tanda tak mampu. Tetapi satu-dua tahun yang lalu teman saya pernah menulis di wall-nya yang kira-kira berbunyi: ‘facebook kok mung kanggo umuk’. Hmmm. Ketimbang “umuk“, mungkin istilah ‘manipulasi citra’ lebih tepat. Fasilitas facebook memang dapat digunakan untuk hal ini. Bahkan, dengan tampilan timeline facebook yang baru nanti, upaya ini akan lebih mudah karena kita (konon) dapat memilih apa saja yang akan kita tampilkan dalam ‘sejarah’ kita.
*
Jadi ingat ngelmu ‘apropriasi’. Kita akan memilih-milih, mematut-matut, ‘penampilan’ kita. Ndilalah, namanya juga facebook, bukumuka, tempat kita mematut diri. [z]