Penanda Lahan
\
Apa yang menjadi orientasi jika kita berada di suatu kota? Biasanya fitur-fitur menonjol seperti bangunan, bukit, sungai, atau monumen. Misalnya, Tugu Jogja. Kita bisa membayangkan jejaring jalan atau posisi relatif kita di kota Yogyakarta dengan menghubungkan dengan Tugu Jogja.
Di Jakarta, mungkin monumen-monumen yang menjadi penanda lahan. Monas, misalnya. Konon dahulu dapat dilihat dari jarak tujuh kilometer, namun sekarang tugu ini tidak mudah dilihat tertutup bangunan-bangunan tinggi.
Maka pilihan penanda lahan sekarang akan lebih lokal. Patung Tani, Patung Selamat Datang, dan sebagainya. Lebih kecil dan lebih tempatan.
Untuk yang lebih luas, saya memilih Gedung Bank BNI atau yang juga dikenal sebagai Wisma 46. Gedung seperti ulat ini, eh sebenarnya konon itu dirupakan sebagai perahu layar, zaman BNI 46 menggunakan logo perahu dulu, sangat khas dengan rangka menaranya itu, dan masih mudah dilihat dari berbagai tempat di Jakarta. Bentuk bangunan ini tidak simetris di keempat sisinya, sehingga bisa dibayangkan posisi kita sedang di belakang, depan, atau samping dari Bank BNI itu.
Jika saya berada di Jakarta, membuka tirai jendela hotel, dan melihat bangunan tersebut, saya segera mengira-ira berada di sebelah mana.
Saya juga sering mengira-ira sebelah mana kampung Adit-Sopo-Jarwo jika menonton kartun itu. Di latar belakang film televisi tersebut sering digambarkan gedung Bank BNI itu. [z]