Minyak Bumi
\
Bagian dari tulisan pascapameran.
Melihat tiga botol berisi spesimen alam dari Museum Geoteknologi Mineral UPN Yogyakarta, yagn dipamerkan dalam “Patembaya”, September-Oktober 2023, saya ingat pelajaran zaman SD dulu. Di salah satu buku pelajaran, seingat saya buku IPA, digambarkan bahwa minyak bumi dapat dibuat menjadi lima produk tergantung dari “berat” atau “kasar”-nya.
Berturut-turut dari bawah, produk tersebut adalah aspal, solar, minyak tanah, bensin, serta bensol.
Dari uraian semacam itu, saya mendapat gambaran bahwa aspal paling kasar, sementara bensol paling halus. Aspal untuk jalan di darat yang dalam pembuatannya digilas dengan dicampur batuan, sementara bensol paling ringan, halus, dan digunakan untuk kendaraan terhormat: pesawat terbang, yang kadang melintas jauh di atas bumi.
Bayangkan jika bensol itu tidak halus atau tercampur dengan bahan kasar, mungkin pesawatnya tidak bisa naik.
Begitu bayangan saya.
Solar adalah bahan bakar truk dan bus yang bentuknya besar dan tenaganya kasar itu, minyak tanah untuk kompor di rumah, sementara bensin digunakan untuk beragam keperluan yang lebih “halus”. Bahan bakar ini digunakan mulai dari korek api hingga sepeda motor dan mobil.
Bensin begitu mendominasi sehingga terdapatlah istilah “pom bensin”, “kios bensin”, meski yang dijual tidak hanya bensin. Ada juga solar dan oli — entah produk dari apa pula oli ini.
- Baca juga: Dodol Bensin
Dominasi itu berkurang beberapa dekade terakhir. Untuk mengisi tangki motor dan mobil terdapat alternatif lain, yaitu pertamax. Jadi, ada pilihan, apakah motor akan diisi bensin atau pertamax. Bensin di pom bensin disebut dengan premium.
Pada era ketika premium sudah tidak dipasarkan ini, sekarang pilihan untuk mengisi motor jatuh pada pertalite atau pertamax. Istilah ini mungkin produktif saat di pom bensin. Jika masih di rumah, kita bilang “mau isi bensin”.1
Minyak tanah pun sekarang perlahan tereliminasi, sampai-sampai saya tidak tahu di mana harus membeli minyak tanah. Konon di satu warung di pasar desa masih menyediakan, juga di pom bensin. Bahan bakar ini digantikan oleh saudaranya yang lebih praktis dan mungkin ekonomis, yaitu LPG, dilafalkan elpiji. Tahun 1981 saya diajari mengucapkan kata ini oleh ibu guru geografi di SMP, likwifaid petrolium gas.
Sekarang gas ini digunakan di rumah tangga dan industri dalam bentuk tabung–di beberapa tempat di Yogyakarta sedang dipasang saluran pipa gas ke rumah tangga. Perubahan dari minyak tanah ke gas dilakukan secara masif pada masa Pak Jusuf Kalla menjabat wakil presiden.
Baca juga
Catatan Kaki
- Konon, istilah bensin, benzene, benzin, hanya sebagian dari cara menyebut minyak ini yang digunakan di beberapa negara seperti Rusia, Inggris, Jerman, dan Swedia. Beberapa menggunakan istilah lain, seperti gasoline, gasolina, essence, dan petrol. [↩]