Rumah (mestinya) Tahan Gempa
\
Rumah tahan gempa diperlukan di banyak tempat di Indonesia. Banyak jejalur patahan yang menyeliwer di pulau dan laut kita. Gempa bumi nyaris menjadi berita sehari-hari.
Saat Gempa Bumi Yogyakarta 2006 dahulu, DIY dan Jawa Tengah bagian selatan terkena dampak yang cukup parah. Bangunan-bangunan ambruk, harta rusak, nyawa hilang.
Oleh karena itu perlu penelitian dan diseminasi tentang bangunan tahan gempa untuk masyarakat. Upaya yang lebih nyata, seperti perbaikan langsung pada bangunan masyarakat yang memerlukan agar lebih tahan terhadap gempa. Regulasi juga semestinya dikembangkan dan diterapkan.
Mengintip pameran “Patembaya” yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan DIY, 27 September s.d. 1 Oktober 2023 di JCM, terdapat objek berupa alat uji bagi model bangunan, apakah tahan gempa. Objek tersebut milik Museum Gempa Prof. Dr. Sarwidi di Kaliurang.
***
Bangunan tradisional mungkin lebih tahan gempa karena konstruksi kayunya. Bangunan semacam ini juga merupakan respons masyarakat selama berabad-abad terhadap wilayah lingkungannya. Bangunan semacam ini termasuk bangunan sederhana yang dibangun sendiri oleh masyarakat, alias vernakular. Teknologi adaptif sudah termemori dalam budaya membangun mereka.
Bangunan modern, juga bangunan hibrida antara tradisional dan modern, atau bangunan transisi, barangkali lebih memerlukan aturan-aturan tertulis daripada bangunan yang murni tradisi. Aturan itu mestinya bersumber dari riset-riset yang dilakukan.
Baca juga