Masjid Tua Kalimantan, Jelajah Pustaka
\
Secara menyeluruh, masjid-masjid kuno atau tradisional di Kalimantan ditulis oleh Naimatul Aufa, dengan judul “Karakteristik Masjid berbasis Budaya Lokal di Kalimantan Selatan” (Tesis S2 Teknik Arsitektur UGM, 2009). Dengan juga berbasis pada lokalitas, Wajidi menulis “Ragam Arsitektur Masjid Tradisional Banjar Kalimantan Selatan dan Makna Simbolisnya”, pada Jurnal Kebijakan Pembangunan, tahun 2017.
Secara individual masjid, tulisan berkait masjid di kawasan ini antara lain adalah tulisan Denys Lombard tahun 1985 “La Grande Mosquee de Banjarmasin” yang dimuat pada jurnal Archipel. Masjid ini ditulis lagi sebagai “Masjid Sultan Suriansyah: Tinjauan tentang Peranannya dalam Masyarakat Banjarmasin” oleh Gusti Ahmad Rafiq (skripsi Arkeologi FS UGM 1994), disusul Giffari Erwa Gemintang yang menulis “Transformasi Arsitektur Atap Masjid Sultan Suriansyah di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (tahun 1905-2017)” (skripsi Arkeologi FIB UGM, 2017).
Masih di Kalimantan Selatan, Fakhriah Cynthia menulis “Karakteristik Masjid Keramat Banua Halat” (skripsi Arkeologi FIB UGM, 2007). Masjid ini terletak di Kabupaten Tapin.
Di Kalimantan Barat, Muhammad Irsyad menulis “Tinjauan Arsitektur Mesjid Sultan Abdurrahman Pontianak, Kalimantan Barat” (skripsi Arkeologi FS UI, 2008). Masjid ini juga telah ditulis oleh Tawalinuddin Haris dalam Romantika Arkeologi tahun 1990 dengan judul “Mesjid Sultan Abdurrahman Pontianak”.
Satu masjid di Kalimantan Tengah ditulis oleh Yuwono Sudibyo “Mesjid Kiai Gede Kotawaringin”, pada buletin Kamandalu tahun 1985. Masjid ini dibangun pada sekitar pertengahan abad ke-17.
Di Kalimantan Timur, Dewi Susanti menulis Napak Tilas Masjid Shiratal Musthaqiem Masjid Tertua di Samarinda (2019) yang diterbitkan oleh Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Kalimantan Timur dan tahun berikutnya BPCB Samarinda menulis deskripsi arsitektur dan sejarah masjid yang didirikan pada tahun 1881, pada laporan Pemutakhiran Data Cagar Budaya Kota Samarinda tahun 2020. [z]