Tampilan Baru

\

Konsisten atau sering berubah, adalah pilihan. Kadang memang harus berubah agar tetap bertahan, seperti jargon penganut evolusionisme yaitu “survival of the fittest“, bahwa yang mampu beradaptasilah yang akan selamat.

Sementara itu, keinginan untuk mempertahankan konsistensi mungkin karena keyakinan perlunya ciri khas atau identitas. Hal ini juga merupakan strategi untuk bertahan hidup.

Akan tetapi pembaruan selalu menantang, pencarian yang kadang mulai dari awal. Hal ini terjadi karena harus merintis, bukan mewaris. Maka perubahan meski tidak nyaman, sering kali merupakan pilihan yang dilakukan.

***

Theme WordPress adalah salah satu yang mengasyikkan untuk diutak-atik. Theme yang sudah “jadi” dan tinggal mengunduh pun masih memiliki kemungkinan untuk diubah, dikustom sesuai dengan keinginan pengguna.

Theme untuk weblog ini sementara menggunakan Twenty Fifteen. Theme ini saya pilih awal Agustus 2025 sambil mengutak-atik dan menunggu theme lain yang dapat digunakan (karena di dashboard baru disediakan default theme keluarga Twenty dan dua lainnya). Sementara theme ini menggantikan Hueman yang telah beberapa tahun saya gunakan begitu website staf UGM menggunakan WPMU.

Hueman saya pilih karena cukup fleksibel untuk diutak-atik, dan memenuhi selera “tradisional” saya atas wujud dan fungsi weblog. Sebelumnya, mungkin sejak 2011, saya menggunakan Atahualpa, theme yang cukup banyak kemungkinannya untuk diutak-atik juga, dan gratis. Saat mengetahui bahwa theme ini tidak responsifpun saya masih bertahan beberapa waktu hingga terpaksa berganti dengan Hueman sebagaiman telah saya sebut. Tampilan Hueman dapat dimodifikasi sehingga mirip dengan Atahualpa yang dulu saya gunakan.

Pada titik ini terasa bahwa saya benar-benar konservatif, selain bahwa saya tetap bertahan menggunakan weblog saat orang lain umumnya sudah berpindah “purnawaktu” ke media sosial.

Saya belum tahu akan “berlabuh” ke theme apa nantinya. Pilihan di WPMU belum banyak karena sepertinya sedang diutak-atik juga oleh Data Center. Saya hanya bisa memilih yang secara minimal memenuhi keinginan saya, termasuk kenyataan bahwa gambar tidak dapat muncul. Jika laman ini tidak menggunakan Twenty Fifteen, mungkin sudah berganti atau sedang saya coba-coba.

Semoga tampilan weblog ini menjadi lebih segar … [z]

Hari Blogger

\

Ternyata ada Hari Blogger. Saya tidak tahu apakah tahun ini masih hari banyak yang merayakan, atau masih dirayakan.

Blog sebagai platform menulis di Internet mungkin sudah tidak populer setelah media sosial marak. Namun bagi saya, blog masih memiliki daya tarik, terutama karena bisa menyimpan tulisan yang setiap saat dapat diakses dan dapat diedit kembali.

Meski tidak populer, blog masih memiliki pengguna. Salah satu pertandanya adalah saat WordPress dua hari yang lalu tidak dapat diakses, konon karena diblokir, banyak cuitan di twitter, eh di x, yang mengeluhkan dan menyayangkan pemblokiran tersebut.

Selamat Hari Blogger, 5 Agustus 2024 ini.

Ketik

\

“Kumpulkan pekerjaan, diketik dua spasi pada kertas ukuran A4 …”

Sudah lama mesin ketik tidak digunakan setelah komputer menggantikannya, apa lagi setelah setiap mahasiswa, mungkin juga anak sekolah, sekarang menggunakan laptop. Akan tetapi, istilah “ketik” masih digunakan untuk menyatakan “tulis dengan mesin”, meski mesin kita sekarang tidak berbunyi ketak-ketik. Mungkin keyboard, papan kunci, masih berbunyi sedikit setiap jari kita menekan tombol atawa tuts, tetapi terdapat juga perangkat tersebut yang diiklankan sebagai senyap.

Atau mungkin kita malah menulisnya langsung di layar, dengan layar sentuh (touchscreen) yang tanpa suara.

Suara kemetik yang sekarang menghilang itu, dahulu menemani setiap penulis yang menggunakan mesin ketik untuk menghasilkan karya, baik itu siswa yang mengerjakan tugas sekolah, mahasiswa yang berusaha lulus dengan menulis skripsi, atau para pengarang yang menghasilkan entah puisi atau novel. Suara itu menjadi bagian dari proses menulis, yang mungkin ikut mewarnai inspirasi yang dituangkan dalam kertas. Saat menulis menjadi senyap seperti sekarang dan akan semakin senyap lagi di masa depan, kelindan inspirasi dan proses menulis mungkin menjadi berbeda.

Jendela yang berlari

\

Memandangi keluar dari balik jendela kereta Sancaka yang melaju ke arah Surabaya, segenap dunia di luar sana seakan berlari. Tidak ada satu pun yang dapat secara rinci saya amati. Pun masjid yang sedang terkenal di kota Solo, yang malam itu terlihat sebagai warna biru yang segera larut dalam kelam.

Beberapa objek di luar sana menarik perhatian dan membuat kepala menoleh mengikuti geraknya yang semakin lama semakin mengecil, lalu hilang. Sebagian objek lain berlari dengan cepat di seberang jendela tanpa sempat tertangkap oleh mata.

Rasanya fenomena jendela kereta ini seperti kita melihat informasi di, lagi-lagi, jendela gawai kita, layar laptop, layar telepon genggam, layar tablet. Informasi itu sangat banyak seperti fenomena di luar jendela kereta itu. Akan tetapi, informasi yang banyak itu melalu begitu saja, lewat entah ke sisi mana dari dunia digital itu.

Sebagian memang kita lalukan, kita sapu ke sudut. Sebagian memang bersifat bergerak, lewat di depan kita sebagai linimasa untuk kemudian pergi.

Darroesalam, 24 November 2023 dini hari.