Menggambar untuk Arkeologi
Disampaikan pada Workshop Penelitian Terpadu Kawasan Arkeologi (PTKA) Gunungkidul, Jurusan Arkeologi FIB UGM, Yogyakarta, 1999.
A. Data Sekunder
Salah satu rangkaian yang sangat penting dalam penelitian (arkeologis) adalah perekaman data. Tanpa perekaman yang baik, penelitian arkeologis, terutama yang dilakukan dengan ekskavasi, tidak ubahnya hanyalah sebuah perusakan situs sekaligus perusakan data. Hasil perekaman data adalah data tingkat kedua (data sekunder), yang barangkali akan menjadi rujukan satu-satunya bagi peneliti berikutnya karena banyak aspek dari data tingkat pertama (primer) telah rusak akibat proses ekskavasi. Dengan demikian, proses perekaman data harus mendapat perhatian yang cukup.
Bentuk data sekunder dapat dibagi menjadi: 1. Data piktorial, terbagi menjadi data gambar (termasuk peta) dan foto, 2. Data verbal, berupa label, deskripsi, tabel. 3. Data audio-visual, berupa perekaman yang dilakukan dengan menggunakan citra bergerak dan suara. Yang dimaksud dengan gambar dalam tulisan ini adalah ‘citra yang dihasilkan dengan tangan’ yang dibedakan misalnya dari ‘citra yang dihasilkan dengan fotografi’.
B. Gambar
Gambar merekam data bentuk dan konteks. Keunggulan data piktorial adalah seperti ungkapan bahwa gambar dapat bercerita ribuan kata. Perekaman data secara piktorial dilakukan dalam dua cara, yaitu dengan penggambaran dan pemotretan. Kedua cara perekaman ini, meskipun menghadapi objek yang sama, memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing yang dapat dianggap saling melengkapi. Pemotretan dapat merekam secara cepat, membekukan momen serta merekam secara detil. Sementara itu, penggambaran dapat dilakukan dengan peralatan sederhana, biaya rendah, dan dapat memberikan informasi yang lebih terfokus.
Selain keungulan yang telah disebutkan di atas, penggambaran juga merupakan instrumen penting dalam penelitian arkeologis karena selain menggambarkan objek (elemen fisis) dalam berbagai skala, penggambaran juga dapat menggambarkan konsep (ide, proses, serta kejadian) dengan baik.
C. Ragam Gambar Arkeologi
Penggambaran dapat dilakukan pada survei, ekskavasi, maupun pemugaran. Penggambaran dalam ekskavasi meliputi:
- Peta/situasi situs, biasanya dalam skala makro dan semi-makro disebut peta dan untuk skala mikro disebut denah.
- Gambar kotak galian, baik tampak atas, potongan, maupun stratigrafi dinding.
- Gambar temuan, baik dilakukan di lapangan maupun di studio. Gambar ini dapat berupa gambar kontur maupun dengan efek pencahayaan (arsir, titik-titik) untuk memperlihatkan dimensi.
- Gambar rekonstruksi.
Menurut cara pengerjaannya, penggambaran dapat dibagi dua, yaitu:
- Sketsa, yaitu gambar yang dikerjakan secara sederhana. Gambar ini dapat segera dibuat begitu sebuah peneliltian akan dimulai, sebuah fenomena ditemukan, atau sebuah kotak diakhiri. Sketsa dapat dilakukan dengan cepat dan dapat merekam ide-ide yang sulit dikemukakan dengan misalnya fotografi. Misalnya dalam menunjukkan hubungan di antara dua buah fenomena.
- Gambar terukur, yaitu gambar yang dikerjakan secara teknis dengan pengukuran untuk menghasilkan gambar yang memberi gambaran yang benar secara skalatis.
Secara teknis, gambar dibagi menjadi:
- Denah, yaitu gambaran atas hubungan horisontal dari temuan-temuan. Dapat skalatis (terukur) atau sketsa.
- Seksi/potongan.
- Profil, hanya menggambarkan bagian luarnya saja.
- Tampak muka (elevation drawing), biasanya berupa fasad pada bangunan.
- Perspektif, yaitu pandangan tiga dimensi dengan dua titik hilang, sehingga benda di bagian belakang akan lebih kecil daripada benda di depannya.
- Isometri/aksonometri, yaitu pandangan tiga dimensi tanpa titik hilang, sehingga memiliki skala yang sama pada ketiga sisi. Mudah digambar dengan komputer dan berguna untuk ilustrasi teknis.
Biasanya gambar perspektif dan isometri tidak mengambil basis pada pandangan manusia biasa yang berdiri di depan gedung melainkan diambil dari atas atau bawah, sehingga selain tampak muka juga tampak denah. Untuk itu muncul istilah ‘pandangan mata burung’ untuk pandangan dari atas dan ‘pandangan mata cacing’ untuk tampak bawah.
D. Aspek Teknis
Patut diperhatikan dalam penggambaran adalah penggunaan tanda. Untuk praktisnya, seringkali fenomena dalam objek dicantumkan berupa tanda. Agar mudah dipahami, sebaiknya tanda-tanda yang dicantumkan digunakan secara konsisten, tidak merangkap-rangkap, dan sebaiknya lebih bersifat ‘ikonik’ daripada ‘simbolik’. Lokasi tempat dan lokasi waktu ‘wajib’ dicantumkan, begitu pula data lain seperti arah dan pembuat/penggambar.
Skala yang digunakan tergantung pada besar area dan jenis data yang akan direkam. Semakin besar skala, maka lebih banyak detil akan terekam, atau dengan kata lain, jika akan memperlihatkan detil maka gunakan skala besar. Dua macam skala yang biasa digunakan adalah skala angka dan skala batang. Skala angka lebih pasti dalam mengkonversi ukuran-ukuran dalam gambar, sementara itu skala batang lebih menguntungkan jika gambar akan diperbesar atau diperkecil dengan teknik fotokopi.
E. Penutup
Rekaman data, atau hasil perekaman, sebenarnya hanyalah realitas kedua dari data arkeologi. Realitas pertama dari data tersebut adalah kondisi di lapangan. Dalam transformasi data tersebut, dari realitas pertama ke realitas kedua, terdapat bias-bias sehingga prinsip kedua dalam perekaman data adalah meminimalisir bias data, sementara prinsip pertama adalah merekam sekomplet mungkin. Dengan demikian, interptetasi yang nantinya akan dilakukan dapat mendekat pada kebenaran. Maka, seharusnya juga diperhatikan prinsip ketiga, yaitu: gambar/foto yang dibuat adalah untuk berkomunikasi, bukan untuk membingungkan pengguna.
Bacaan lebih lanjut
Bahn, Paul dan Colin Renfrew 1991. Archaeology: Theories, Methods and Practice. Thames and Hudson.
Barker, Philip 1982. Techniques of Archaeological Excavation. London: B.T. Batsford.
Brodribb, Conant 1970. Drawing Archaeological Finds for Publication. London: John Baker.
Grinsel, Leslie et al. (ed.)1974. The Preparation of Archaeological Reports. London: John Baker.
Harp, Jr., Elmer (ed.) 1975. Photography in Archaeological Research. Albuquerque: University of New Mexico Press.