Nonton Pasar Tong Tong
[]
Tong Tong Fair adalah even serupa pasar raya1 yang diselenggarakan di kota Den Haag, kota kediaman ratu Belanda. Pasar yang telah diselenggarakan sejak tahun 1959 ini menyajikan berbagai kegiatan, seperti pentas pertunjukan, kursus, talkshow, dan pasar. “Fair-Food-Festival”, yang tertulis pada sampul boekoe pienter atau buklet panduan fair ini, ditambah “De Beste Mix van Oost en West”, ‘perpaduan antara Timur dan Barat’, menggambarkan apa yang tersaji dalam acara tahunan ini.
Konon, Tong Tong Fair dahulu diadakan sebagai sarana penggalangan dana untuk organisasi kesenian Indische Kunst Kring Tong Tong. Akhirnya, Pasar Malam Tong Tong menjadi acara tahunan yang menyajikan festival budaya, pameran, dan pasar barang kerajinan dan makanan. Setelah belasan tahun berkiprah, tahun 1976 nama Pasar Malam Tong Tong berubah menjadi Pasar Malam Besar, dan pada tahun 2009 memiliki nama baru, Tong Tong Fair.2 Pengelola berusaha menghilangkan kesan bahwa pameran budaya Indo-Eropa terbesar di dunia ini hanya merupakan ajang nostalgia bagi noni-noni yang berkunjung sambil mengajak cucu mereka.
Di tengah Lapangan Malieveld, tidak jauh dari Stasiun KA Den Haag Central, berdiri tenda-tenda besar. Di dalam bangunan temporer berwarna putih tersebut Tong Tong Fair ke-54 diselenggarakan mulai tanggal 17 hingga 28 Mei 2012. Harga tiket masuk yang cukup mahal –bagi saya yang untungnya sedang ditraktir, jika bagi warga Belanda mungkin wajar dan setara dengan tiket masuk museum–, 12 euro di hari biasa dan 15 euro di akhir minggu, tidak menyurutkan pengunjung untuk antri di depan pintu masuk.
Salah satu tenda di belakang tenda penerimaan adalah Cultuur-paviljoen. Di tenda ini terdapat pameran kebudayaan Indonesia dan Indis. Kali ini Tong Tong Fair memamerkan tentang masakan Indis,3 penelitian etnografis seorang Belanda tentang Papua, juga dokumentasi pengaruh arsitektur Indis di Den Haag yang dilakukan oleh proyek Sporen van Smaragd, ‘Jejak Manikam’.4 Berdekatan dengan tenda ini adalah dua teater tempat diskusi dan beberapa pertunjukan khusus diselenggarakan. Di boekoe pienter tertulis bahwa Ayu Utami ber-talkshow dan Anggun berpentas di teater tersebut.5
Pada Indonesie-paviljoen, selain stan Kementrian Parekraf RI dan berbagai biro perjalanan wisata, hampir separuh area digunakan oleh pasar ‘tradisional’, yang menghadirkan stan makanan dan kerajinan dari Indonesia, termasuk pakaian dan batik.
Di tenda utama diselenggarakan Grand Pasar. Mulai dari suvenir, tukang ramal, buku, hingga produk industri besar seperti kloset. Jika pada Indonesie-paviljoen para pedagang kelihatannya datang dari Indonesia, di Grand Pasar lebih dibuka untuk umum. Panggung utama terletak di tengah tenda besar ini.
Setelah capai berkeliling, stan makanan tidak dapat dilewatkan. Puluhan “warung” makanan berada di area Eetwijk; yang sangat luas, menyajikan beragam makanan Indonesia. Eh, ada martabak india juga …
Catatan Kaki
- susah disebut sebagai pasar malam karena diselenggarakan pukul 12.15-20.00, sementara maghrib ketika matahari tenggelam baru datang sekitar pukul 21.45 [↩]
- Cerita didapat dari sini … dan saya teringat kepada GamaFair di kampus Bulaksumur yang kemudian diubah menjadi Pasar Raya Gadjah Mada awal tahun 1990-an [↩]
- beruntung saya bertemu dengan pemilik pameran, Oma Bea Berens-Sleebos, yang disebut sebagai Grande Dame van de Indische keuken [↩]
- Kumpulan foto-foto dari kegiatan proyek ini dapat dilihat di Flickr. [↩]
- Saya hanya membaca jadwal yang tertera di boekoe pienter. Video Anggun di acara ini dapat dicari di Youtube, terlihat dia pentas di Tong Tong Podium di area Grand Pasar sambil berkipas-kipas kegerahan. [↩]