Seporsi Globalisasi
\
Celebrity chefs in television use many English words in presenting their recipes …
Beberapa tahun terakhir acara kuliner sangat populer. Berbagai stasiun televisi menyiarkan acara lemasak, baik dalam kaitan dengan wisata maupun panduan tata cara.
Salah satu hal yang membuat makanan yang mereka sajikan terasa amat lezat adalah kata-kata asing. Periksa, betapa mereka menabur berbagai kata asing sebagai bumbu penyedap. Nama masakan, peralatan, tata cara menyiapkan, mengolah, cara menyajikan, hingga aspek subyektif seperti rasa. Crispy, yummy …
***
Latar belakang para koki yang sering disebut ‘celebrity chef‘ tersebut terkabar memang memiliki hubungan dengan dunia Barat. Sebagian dari mereka adalah lulusan luar negeri, atau memiliki guru asing, yang tentunya mengajar dengan bahasa asing. Beberapa memiliki karir di luar negeri, atau hidup di luar negeri. Di luar itu, memasak makanan Barat tentu menjadi salah satu kemampuan yang wajib mereka miliki sebagai seorang chef.
Hal lain, adalah karena masakan — atau kuliner, lemasak — yang ditampilkan berasal dari sono, umumnya dari Barat. Para pesohor tersebut tidak mengalihkan istilah tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Tata cara dan bahan yang digunakan mungkin tidak ada di dalam khasanah lemasak kita sebelumnya.1
Tetapi tidak semua karena hal tersebut. Ternyata banyak kata-kata asing yang sebenarnya memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, atau mungkin bahasa daerah kita.
***
Sambil nonton acara-acara memasak di televisi, saya perhatikan dan catat beberapa kata asing yang sering digunakan para juru masak semohor. Jadi, bukan hanya pembawa acaranya yang menarik bagi saya. Dengan kemampuan terbatas sebagai awam penikmat saja, saya coba raba apa yang dimaksud oleh para pesohor tersebut.
blend — campur, kocok
block — kotak
bowl — mangkuk
butter — mentega
chef — juru masak, ahli masak
chop — potong, cincang
cinnamon — kayu manis
cookie — bhs belanda: kokje
cover — tutup
creamy
crispy — kemripik
crunchy — renyah
dust — taburi
flour — terigu
food processor — perajang-campur
garlic — bawang putih
garnish — hias
ginger — jahe
jam — selai
lime — limau (?)
mixer — pencampur
moist — lembab
overcooked — terlampau matang
ox tail — buntut sapi. Rasanya lebih pas ‘buntut’ daripada ‘ekor’.
pear — (buah) pir
plating — menata di piring
powder — tepung, tabur, bubuk
puree — bubur
red bean — kacang merah
rice cooker — penanak nasi
rich
soft — lunak
spice, spicy — rempah, berasa remempah
stuff
sweet potato — ubi jalar.
wok pan
yummy — mak nyus …
***
Salah satu keuntungan dari penggunaan istilah asing ini adalah kesan bahwa memasak bukan saja urusan perut kenyang dan badan sehat. Makhluk ini adalah juga gaya hidup. Tidak seperti dahulu yang berkait dengan dapur yang kusam dan membuat berkeringat atau mata pedih dengan asap, sekarang telah beremansipasi, naik derajat, menjadi sesuatu yang modern: dengan kata-kata asing yang bertaburan.
Barangkali kita perlu merumuskan upaya emansipasi urusan masak-memasak ini tanpa mengorbankan kedaulatan bahasa kita. Kedaulatan pangan di era Globalisasi saat ini mungkin juga sebaiknya melebar ke dalam bahasa dengan memberi istilah-istilah dalam dunia lemasak sesuai bahasa kita sendiri.
***
Kata seorang embak-embak pembawa acara memasak di televisi, “Kita masukkan yam.” Dosen saya sering menyinggung yam jika membicarakan makanan masyarakat sukubangsa tertentu, jadi saya memiliki sedikit gambaran tentang apa itu yam. Si embak kemudian melanjutkan, “Yam adalah sweet potato, … ubi jalar.”
Ah. [z]
Catatan Kaki
- Belum lagi jika memperhatikan kata-kata lain, seperti sapaan dan kata-kata lain yang sering meluncur seperti “…allright…” [↩]