Melukis Cagar Budaya
\
Sabtu kemarin, saya mewakili Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia komisariat daerah DIY-Jateng menjadi salah satu juri lomba lukis anak-anak. Acara tersebut diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta bekerjasama dengan Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Komisariat Daerah DIY-Jawa Tengah.
Mengambil tema “Cagar Budayaku Kebanggaanku”, lomba ini diselenggarakan untuk memperingati ulang tahun Lembaga Purbakala, yang tahun ini bertepatan dengan usia ke-100. Dengan dihadiri hampir seratus peserta, acara berlangsung pada tanggal 22 Juni 2013 di kompleks Masjid Gedhe Kotagede, Yogyakarta.
Lomba ini ditujukan untuk para siswa SD/Madrasah Ibtidaiyah se-DIY kelas IV, V, dan VI. Setiap peserta diwajibkan melukis salah satu objek cagar budaya: Candi Prambanan, Kraton Ratuboko, Tamansari, Kraton Yogyakarta, Masjid Gedhe Mataram, Masjid Agung Kauman, Bank Indonesia, Benteng Vredeburg, atau Gedung Agung.
Menjadi penjaga sisi arkeologi, saya menggunakan paradigma pengelolaan sumber daya arkeologi. Oleh karena itu, perhatian difokuskan kepada tema cagar budaya sebagai kebanggaan daripada teknik melukis: apakah benda cagar budaya dalam karya lukis merupakan satu dari sembilan BCB yang diwajibkan, apakah benda cagar budaya tersebut dapat dikenali, dan apakah peserta melakukan tafsir atau memberikan konteks atas cagar budaya tersebut sesuai dengan tema. [z]