Museum Universitas dan Pelayanan kepada Masyarakat Umum
Sebagai lembaga yang melakukan penelitian dan pendidikan — juga pengabdian kepada masyarakat — banyak universitas yang merasa perlu untuk menyelenggarakan museum. Berbagai motivasi melatarinya, baik untuk keperluan pendidikan internal, penelitian, konservasi (pada koleksi milik universitas), juga untuk berhubungan dengan masyarakat.
Museum-museum universitas ini misalnya adalah Museum Biologi UGM, Museum Geoteknologi Mineral di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, juga Museum Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta yang relatif baru. Museum semacam ini memiliki beban ganda. Di satu sisi lembaga ini ditujukan untuk menunjang keperluan akademis seperti pembelajaran para mahasiswa dan penelitian para staf, sementara di sisi lain terdapat masyarakat yang juga harus dilayani.
Memadukan dua hal ini terlihat pada visi Museum Universitas Hokkaido, Jepang. “ … and aims to provide the bases for future research, while supporting the training and education of both its own students and local citizens.” Tentang local citizen, pada bagian lain ditekankan bahwa salah satu tujuan khusus dari museum ini adalah juga membuka akses bagi publik umum dan anak-anak pada usia sekolah.1
Universitas Zurich, Museum Zoologi
Upaya memadukan beban ini juga terlihat pada Museum Zoologi Universitas Zurich (Zoologisches Museum der Universität Zürich), di kota Zurich, Swiss. Terletak di tengah kampus, museum ini menempati gedung yang kurang lebih sama seperti lembaga lain. Bedanya adalah adanya papan nama kecil dan beberapa vitrin di selasar masuk (gledegan) sebagai upaya promosi dari museum zoologi dan beberapa museum lainnya.
Sebagai fasilitas akademik, museum menyimpan dengan baik berbagai spesimen binatang yang diawetkan dalam vitrin-vitrin kaca. Tidak hanya binatang yang masih dapat dijumpai, terdapat juga fosil-fosil dari masa purba.
Untuk melayani kepentingan masyarakat banyak, terdapat berbagai fasilitas selain pameran. Terdapat model-model yang dapat dipelajari oleh pengunjung, film, juga permainan untuk anak-anak. Bahkan, upaya melayani anak-anak ini terlihat cukup menonjol. Selain puzzle besar di sudut ruang, terdapat juga kios cinderamata yang umumnya adalah mainan anak dan sarana pembelajaran lain.
Tidak terlalu muluk, pembelajaran ini disajikan dengan sederhana, semudah membeli kertas berpola topeng di kios cinderamata. Kemudian, di satu sisi ruang tengah –sebenarnya praktis hanya satu ruang besar untuk museum ini, yang terhubung dengan basement– terdapat meja dengan pensil warna dan gunting yang dapat digunakan oleh anak kecil beraktivitas.
***
Mengupayakan untuk melayani masyarakat umum dapat menjadi pilihan bagi museum universitas. Selain karena misi-visi universitas yang ingin melayani, saran publikasi bagi universitas, upaya ini juga merupakan pertanggungjawaban bagi universitas yang telah menyimpan berbagai spesimen atau objek yang dikumpulkan.
Perkembangan mutakhir museologi terlihat untuk mengupayakan agar objek atau data yang dikumpulkan oleh museum sebanyak mungkin termanfaatkan dalam arti dapat dinikmati oleh pengunjung. Dalam hal ini, masyarakat umum mungkin merupakan pengunjung yang potensial di samping sivitas akademika yang jumlahnya lebih terbatas. [z]
- Lihat juga: Museum Universitas dan Memorabilia
Catatan Kaki
- http://www.museum.hokudai.ac.jp/english/index.html [↩]