Museum Universitas dan Memorabilia
Museum universitas, menurut berbagai batasan1 disebutkan sebagai museum yang dijalankan oleh universitas. Batasan ini cukup luas, mencakup museum tentang ‘sejarah’ universitas, juga museum tentang subjek-subjek yang digeluti oleh universitas. Contoh jenis pertama adalah Museum UGM, dan yang tipe berikutnya misalnya adalah Museum Biologi milik Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Batasan tersebut juga meliputi museum dengan subjek yang tidak dikembangkan pada prodi-prodi di universitas. Sebagai contoh adalah museum seni yang dimiliki universitas padahal tidak ada program studi seni di universitas tersebut.
Memorabilia
Jenis pertama, yaitu museum tentang sejarah universitas mungkin merupakan bayangan pertama ketika seseorang mendengar kata ‘museum universitas’. Anggapan semacam ini tidak salah karena banyak museum yang didirikan oleh pihak universitas untuk menyimpan memorabilia universitas. Berbagai benda berkait dengan sejarah museum, seperti benda-benda yang pernah digunakan untuk proses administrasi dan belajar mengajar, benda-benda yang pernah digunakan oleh beberapa tokoh terkait dengan universitas, benda-benda yang berkait dengan peristiwa tertentu, atau benda terkait dengan capaian-capaian universitas.
Menurut kamus, memorabilia adalah “objects or materials that are collected because they are related to a particular event, person, etc. : things collected as souvenirs”2
Tentu, peristiwa, orang, capaian yang ‘diabadikan’ dalam museum adalah yang membanggakan warga universitas untuk dikenang dan dipamerkan kepada publik.
Universitas tidak sendirian dalam hal semacam ini. Berbagai lembaga juga mendirikan museum sebagai memorabilia institusi mereka.3 Lembaga seperti tentara, instansi pemerintah, bahkan terkadang museum lokal seperti museum provinsi atau kabupaten pun bertindak sebagai penjaga memorabilia pemerintah daerah. Pada ruang-ruang pertama museum semacam ini biasanya dipajang para tokoh penting seperti para kepala daerah atau para jenderal, lengkap dengan berbagai benda terkait dengan tokoh tersebut.
Mengilmukan Memorabilia
Museum semacam ini dapat disebut sebagai museum sejarah atau museum memorabilia. Meskipun demikian, museum semacam ini tidak dapat lepas dari ‘bisnis inti’ dari universitas, yaitu pengembangan ilmu pengetahuan. Jika museum biologi berkait dengan pengembangan keilmuan biologi, maka museum bertipe memorabilia dapat berkait dengan keilmuan sejarah yang mungkin juga menjadi salah satu subjek yang dipelajari di universitas tersebut.
Keterlibatan ilmu sejarah atau mungkin arkeologi dan antropologi, diperlukan untuk dapat menghidupkan benda-benda memorabilia yang disimpan dalam museum. Jika tidak, maka benda-benda tersebut hanya semacam lampiran dari displai museum tentang tokoh atau peristiwa tertentu. Terdapat kecenderungan memorial untuk hanya memajang benda berkait dengan tokoh atau peristiwa tanpa ada penjelasan yang mencukupi tentang benda tersebut, bahkan hal dasar seperti bagaimana benda tersebut masuk ke museum (hibah, pembelian, pinjam dari tokoh) pun tidak disebutkan.
Jadi seringkali museum semacam ini memajang nama tokoh, patung dada atau foto tokoh, disertai dengan benda-benda yang dahulu pernah digunakan. Tidak ada keterangan tentang bagaimana tokoh tersebut berinteraksi dengan benda-benda yang dihadirkan, apa peran benda-benda tersebut dalam kehidupan tokoh, atau bahkan mungkin benda-benda tersebut memiliki sejarah tersendiri sebelum atau setelah pernah terhubung dengan si tokoh.
Begitu juga dengan memorabilia berkait dengan pencapaian universitas. Benda-benda yang dianggap penting disajikan hanya dengan label seadanya, biasanya hanya nama. Tidak ada keterangan tentang sejarah benda, bagaimana latar penciptaannya, peran dalam sejarah universitas, peran dalam masyarakat, hingga masuk ke museum.
Hal-hal semacam itu dapat diekplorasi oleh museum untuk menghadirkan cerita yang lengkap tentang sejarah dan mungkin etnografi universitas.
Benda ‘biasa’
Terdapat kecenderungan untuk menampilkan hal-hal luar biasa pada museum sebagai monumen untuk mengenang pencapaian. Hal itu memang salah satu konsekuensi dari seleksi: tidak semua dapat masuk ke dalam ruang museum yang terbatas.
Akan tetapi, tidak berhargakah benda-benda biasa? Berbagai museum juga menampilkan benda-benda biasa yang sekarang mungkin sudah tidak ditemukan atau tidak digunakan. Mesin-mesin perkantoran masa lalu misalnya, seperti yang terlihat di Museum Bank Mandiri, Jakarta. Benda-benda tersebut merupakan saksi sejarah perkembangan perbankan di tanah air, setidaknya di Bank Mandiri.
Masalahnya adalah sering benda-benda semacam itu tidak dinyatakan nilainya dalam label pameran. Hanya benda dari masa lalu, bagian dari sejarah.
Museum universitas dapat saja menampilkan benda sederhana dan biasa, seperti bangku kuliah. Tidak perlu bangku kuliah yang pernah diduduki orang yang sekarang menjadi terkenal (tentu sulit mencarinya), tetapi bangku kuliah biasa. Jika kita menemukan di lingkungan kampus terdapat berbagai bangku kuliah dari berbagai masa, kita dapat mengeksplorasi keterlibatannya dalam sejarah universitas. Wawancara dari orang-orang yang dahulu pernah menduduki bangku semacam itu dapat disajikan dengan video, suara, atau teks.
Untuk mencapai hal semacam itu, lagi-lagi dibutuhkan ilmu-ilmu seperti sejarah atau arkeologi untuk mampu mengorek apa yang pernah terlibat dengan benda-benda sederhana milik universitas sehingga museum tidak sekedar gudang barang yang tidak terpakai. [z]
Catatan Kaki