Sama (id), sami (jw), same (en)
\
Sambil berkendara di tengah bulak yang sepi, pikiran saya sering menemukan kata-kata yang mirip atau bahkan sama, baik fisik maupun maknanya. Saya pikir dari sekian milyar (mungkin) kata di dunia, banyak di antaranya yang mirip tatanan hurufnya, ucapannya, dan bahkan hingga artinya.
Kemiripan tersebut dapat berlaku pada satu bahasa, kelompok bahasa, atau bahkan bahasa yang jauh. Mungkin pernah terjadi kontak, atau mereka merespon hal yang sama ketika mencipta kata. Entahlah, itu urusan para ahli linguistik. Saya menikmati kesamaan-kesamaan itu saja, sebatas pengetahuan dan kemampuan saya. Tentu dengan segala maaf dan hormat kepada para ahli.
***
Guru bahasa saya di SMA dulu pernah mengenalkan teori tentang akar kata, tetapi konon teori tersebut tidak digunakan lagi. Mungkin maksudnya adalah tidak produktif sehingga tidak banyak ditengok.
Pulut, pilut, pelet. Terdapat makna lengket di situ. Pulut adalah getah, yang lengket itu. Pilut, adalah terpesona, mirip dengan pelet, membuat seseorang lengket juga.
Melet, dapat berarti ‘melakukan pelet’, atau menjulurkan lidah, melalui mulut. Jadi, melet (jw) dan mulut (id) adalah dekat. Pilut kira-kira dekat dengan liput (id). ‘Meliput’ (berita) dan ‘meliputi’ memiliki konotasi menyeluruh, cover, atau mungkin memilliki.
Cover (en)? Mungkin (me-) liput dan (se-) limut juga bersaudara seperti pada frasa kaliput ing pedhut atau yang digunakan sebagai judul karya oleh sastrawan jawa Iesmaniasita, “Kalimput ing Pedhut”, ‘terselimuti kabut’. Liliput?
Lepat dan luput, kelihatannya berdekatan. Keduanya kira-kira bermakna ‘salah,’ atau ‘tidak tepat (sasaran)’. Jadi, kadang pelet juga luput jika yang di-pelet tidak ter-pilut.
Lipat (id) dan lempit (jw) bermakna sama. Limpad (jw), lempad (bl)?
sesal(id) dan sebal(id)? Keduanya adalah perasaan yang tidak enak.
***
Meler, mulur, molor, melar (jw). Terdapat makna yang mirip: yaitu memanjang. Meler, seperti ingus yang turun dari lubang hidung, mulur yang memanjang elastis, serta molor yang memanjang juga, sementara melar dapat melebar atau membesar. Dahulu ada teman dijuluki ‘melur’.
Iler, ‘liur’? Cairan yang memanjang dari mulut? Liur dari akar kata lur? Dalam bahasa Jawa, lur adalah cacing (hewan yang bergerak memanjang-memendek itu, biasa untuk umpan pancing). Di-ulur, juga berarti (tali) dipanjangkan.
Mungkin berkait dengan lar, yaitu sayap burung, yang dipajangkan ketika hendak terbang. Dalam bahasa Indonesia terdapat kata ‘ular’, hewan panjang itu, dan dalam bahasa jawa terdapat uler, ‘ulat’, yang juga panjang jika dibanding lebar. Ular-ular adalah pidato nasihat dalam bahasa jawa yang panjang lebar.
Lar juga terdapat pada kata gelar (jw) ‘diperlebar’ seperti pada frasa klasa digelar. Lar mungkin juga berubah menjadi ler dalam ngeler (jw) ‘menganginkan’ yang berarti membuka lebar satu permukaan. Keler-keler berarti didiamkan tanpa diperhatikan.
Kelar?
Ler kata krama untuk lor (jw) atau ‘utara’ adakah berarti ‘jauh di sana’? Dalam bahasa India atau setidaknya jawa kuna, kelihatannya lor berkait dengan lwar atau luar, yang kira-kira memang berkonotasi dengan ‘di sana’, bukan di sini (dalam).
Kolor, berkait dengan tali (elastik) yang dimasukkan ke lipatan kain. Jadi, kolor ijo mestinya merujuk kepada tali yang dimasukkan ke lipatan atas celana.
color, (daun) kelor …
Lir?
Kalir (sembarang kalir, kaliren?),
Kelir ‘layar’ atau ‘warna’ …
Selir
Silir, alir, milir
Pelir
***
Wur (jw) berarti sama dengan tabur (id) mirip dengan wur (jw), yang juga digunakan untuk melukiskan penyebaran benih pada lahan. Sawur (jw) dan sebar (jw, id) kira-kira memiliki arti yang mirip.
Taufiq Ismail konon memiliki cara tersendiri untuk menjelaskan perbedaan antara tawur dan tawar.
“Tawuran, biasanya hujannya hujan batu
Tawaran, biasanya uangnya uang dolar”
Taufiq Ismail, Puisi Zaman Batu.
Sawer (id?) boleh jadi berhubungan juga dengan sawur. Uang ‘disebar’ kepada para penyanyi dangdut. Namun, dalam bahasa JAwa juga terdapat kata sawer (jw krama) yang berarti ‘ular’.
***
Long: colong (jw) ‘curi’, bolong (jw) ‘berlubang’, dan kolong.
Bolong dan kolong berkonotasi pada tiadanya sesuatu. Colong pun dapat berarti adanya sesuatu yang hilang. Barang kali akarnya adalah long (jw), yang dalam bahasa Jawa digunakan untuk membentuk kata yang memiliki arti ‘kurang’. Dilongi berarti ‘dikurangi’, kelong atau kalong berarti ‘berkurang’. Kalong juga berarti kelelawar besar.
Balong berarti ‘kolam’ atau ‘bagian sungai yang dalam’. Mungkin sama dengan kata palung, bagian ‘kosong’ yang terisi air. Jika ‘o’ adalah gabungan dari ‘u’ dan ‘a’, maka long juga dapat dibaca sebagai luang. Waktu luang yang kosong, dan luangan atau luwangan yaitu lubang (luwang) di tanah biasanya sebagai tempat sampah.
Cuma, terdapat kata long yang berarti ‘petasan’, juga golong yang berarti ‘bersatu’. Terdapat makanan sega golong dan tugu Golong-Gilig di Yogyakarta dahulu. Jangan lupa, golongan yang menyatukan atas dasar kesamaan tertentu.
Tolong, polong? Di Pulau Lombok terdapat kota Selong. Teh Oolong? Atau bahasa Inggris long?
Ompong, melompong, juga dekat dengan kosong. Kempong?
Tong (jw), yaitu kaleng bulat, genthong, kothong (jw), kanthong (jw), juga berkonotasi kosong.
Song berarti gua seperti digunakan oleh orang-orang di daerah karst di Gunungkidul hingga Pacitan-Ponorogo. Gua dapat dilihat sebagai ruang kosong di dalam Bumi. Mirip dengan song adalah rong, semacam gua tempat binatang kecil bersembunyi. Di selatan Yogyakarta terdapat Gua Selarong tempat sembunyi Pangeran Diponegoro. Rong dan ruang berasa sama, yaitu tempat yang luang. Menarik, bahwa ruang dan luang mungkin berhubungan. Gorong-gorong atau dalam bahasa jawa urung-urung, adalah sebangsa ruang di bawah jalan tempat air mengalir. Di Toraja terdapat erong, yaitu peti jenazah.
Plong adalah lega, bebas dari beban, atau bebas dari sumbatan. Omplong (jw) adalah tong, kaleng bulat. Kemplong (jw), upaya para perajin membuat pandan pipih dengan menumbuk?
Blong seperti rem yang putus atau harapan yang tidak terkabul, dan oblong si kaos, dekat dengan bolong.
Bokong si engkong? Bohong?
***
Dari kata-kata di atas terlihat adanya fenomena seperti color slider pada aplikasi pengolah foto. Penunjuk pada color slider digeser sedikit maka akan terjadi perbedaan nuansa namun masih dalam kelompok warna yang sama, seperti kolong, kopong, kosong, kothong, yang semua kira-kira bermakna ‘tidak ada apa-apa’. Kobong? Habis juga pada akhirnya.
Cekak, cedhak, cepak, celak, cerak (jw), semua bermakna dekat atau pendek, cendhak.
Siter, sitar, gitar, merupakan alat musik yang mirip, yaitu menggunakan dawai dan kotak resonator.
***
Salah satu hal lain yang terlihat dari kata, atau kumpulan kata, adalah bahwa perubahan sedikit saja akan mengubah makna secara signifikan. Waktu SMA dahulu saya diajari tentang fonem, yaitu satuan terkecil yang mengubah makna.
Maka, secara lintas bahasa, kita dapat menemukan kata yang berbeda arti karena perubahan satu huruf (tepatnya fonem).
Sebar, sedar, segar, sekar, semar, senar, sesar.
Kacang, kadang, kadhang, kakang, kalang, kapang, karang, kayang.
***
Berkait dengan sama, sami, dan same yang menjadi judul tulisan ini, terdapat kasus lain yang mirip: nama (id), nami (jw), dan name (ing)!
[z]