Jelajah UGM dalam Empat Stop
\
Hari Ahad ini, 13 Juni 2021, Museum UGM menyelenggarakan UGM Heritage Bike alias Jelajah Warisan Budaya UGM. Kegiatan tersebut diikuti sekitar dua puluh orang peserta, terdiri atas staf museum, alumni Arkeologi UGM, dan anggota Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komda DIY-Jateng. Tanggal 13 Juni sengaja dipilih karena esok hari, tanggal 14, adalah Hari Purbakala yang ke-108.
Perjalanan santai dengan sepeda tersebut dilakukan dalam empat stop atau pemberhentian. Keempatnya yaitu Museum UGM sebagai tempat berangkat dan kembali, Gedung Pusat UGM, sumur-sumur tua di kompleks Fakultas Biologi, dan kompleks Sekolah Vokasi. Prof. Inajati Adrisijanti, atau Bu Poppy, memberikan penjelasan tentang kompleks bersejarah tersebut.
Stop 1: Museum UGM
Museum UGM terletak di kompleks Perumahan Dosen di Bulaksumur. Bangunan perumahan ini pernah digunakan oleh delegasi setingkat menteri pada saat Konferensi Colombo tahun 1959. Museum menggunakan dua bangunan kopel yang dijadikan satu, bergaya kolonial atau malah jengki. Salah satu bangunannya pernah dijadikan tempat singgah Barrack Obama kecil ketika mengunjungi paman tirinya, atau ikut ibunya yang melakukan penelitian di Gunungkidul.
Stop 2: Gedung Pusat UGM
Bangunan utama di kompleks kampus Bulaksumur ini merupakan bangunan modern pertama Indonesia setelah merdeka. Dirancang dan dilaksanakan oleh orang-orang Indonesia tidak lama setelah Kemerdekaan, Gedung Pusat baru diresmikan tahun 1959, delapan tahun setelah peletakan batu pertama.
Bangunan tiga lantai itu hanya menggunakan tangga untuk mengakses setiap lantai. Mungkin waktu itu, ungkap Bu Poppy, para dosen masih muda-muda dan kuat untuk meniti tangga hingga ke lantai tiga. Sekarang dua lift telah ditambahkan di tempat yang tidak mencolok agar civitas yang senior dapat mencapai seluruh lantai.
Karena nilai pentingnya, bangunan Gedung Pusat UGM telah tercatat sebagai Cagar Budaya.
Stop 3: Kompleks Fakultas Biologi UGM
Penasaran dengan nama ‘Bulaksumur’, teman-teman Museum mencoba mencari sumur-sumur tua di lingkungan ini. Bulaksumur konon adalah tempat yang luas seperti sawah, tentu dengan jalan yang membelah untuk merasakan ke-mbulak-annya, dengan sumur tempat mengambil air. Konon dahulu di tempat ini terdapat beberapa sumur yang digunakan untuk mengairi bulak tebu sejak awal abad ke-20.
Di Fakultas Biologi masih ditemukan dua sumur tua, yang satu masih digunakan, terletak di tengah kompleks, dan satu lagi terletak di pelataran sisi barat laut yang sudah dibersihkan sekitarnya dari bangunan dan pepohonan. Semoga memang mau dibuat ruang kosong saja sehingga sang sumur tetap lestari …
Stop 4: Kompleks Sekolah Vokasi UGM
Pemberhentian terakhir sebelum kembali ke Museum adalah kompleks Sekolah Vokasi. Kompleks ini memiliki bangunan-bangunan lama yang disebut dengan Pantja Dharma. Dahulu kompleks ini pernah digunakan untuk Konferensi Colombo yang terkenal itu. Setidaknya tiga di antara lima bangunan lama tersebut digunakan sebagai venue untuk konferensi.
Konon awalnya bangunan-bangunan itu tidak diarah untuk tempat perkuliahan, namun untuk asrama mahasiswa!
Salah satu bangunan yang “legendaris” bagi mahasiswa UGM adalah Unit V yang dahulu merupakan tempat persidangan Konferensi Colombo. Hal itu lantaran selepas konferensi, dari tahun 1959 hingga tahun 2012 bangunan tersebut digunakan untuk perpustakaan universitas, yang kemudian dikenal dengan Perpustakaan Unit II (setelah dibangun Unit I tahun 1975). Mahasiswa periode tersebut pasti pernah merasakan bau buku di rak lantai dua dan menggunakan meja-meja besar di lantai tiga untuk belajar…
***
Masih banyak daya tarik di UGM di area seluas lebih dari 180 hektar itu, baik yang bernilai sejarah, atau nilai akademik yang lain. Perjalanan pendek selama kurang lebih tiga jam itu sudah dapat memberikan gambaran akan potensi kompleks Kampus Bulaksumur sebagai tempat menjelajah, atau malah wisata.
Tentu wisata yang bersifat edukatif, atau edutourism. [z]