Minuman Pascakulturstelsel
\
Setiba di kamar sebuah hotel di kawasan Menteng ini, saya menuju meja tempat teko listrik, air mineral botolan, serta sachet-sachet gula-teh-kopi disiapkan. Tetapi kali ini saya tidak mendapatkan kopi. Mungkin roomboy lupa menyajikan.
Rasanya, minuman-minuman utama yang sehari-hari kita konsumsi merupakan produk berhasil dari Kulturstelsel. Kopi, teh, dan gula tebu adalah komoditas yang banyak ditanam pada masa Kulturstelsel untuk mengisi kembali kas Negeri Belanda yang menipis setelah Perang Diponegoro dan juga perang di Eropa.
Belum lagi jika ditambah dengan tembakau. Entahlah, apakah karena berteman dengan berbagai bahan untuk minuman, maka kadang mengkonsumsi rokok tembakau (atau merokok) juga disebut minum rokok.
mi.num
v memasukkan air (atau benda cair) ke dalam mulut dan meneguknya: hampir setiap pagi ayahku — susu
v mengisap: dilarang — rokok di tempat penjualan bensin; — madat
kbbi.kemdikbud.go.id
Karet dan nila, komoditas Kulturstelsel yang lain, memang tidak kita minum.
Kita umum sekali minum teh, atau minum kopi. Di warung-warung makan juga disajikan teh, sering gratis jika teh tawar. Warung kopi juga bertebaran di berbagai tempat, hingga dahulu muncul istilah warkop. Warung teh marak sekarang, terutama setelah menjadi teh ala Thailand, thai tea.
Selain teh dan kopi dengan campuran pemanis gula tebu (sering dalam bentuk gula pasir agar lebih mudah hancur diaduk), kita sebenarnya punya cukup banyak perbendaharaan minuman. Serbat, misalnya.
Atau jamu. Produk yang dikonsumsi dengan cara diminum ini lebih dilihat sebagai material untuk kesehatan daripada minuman. Tidak umum menyeruput jamu dengan kuantitas kekerapan seperti minum kopi atau teh, meski mungkin pada kadar tertentu terdapat minuman berbahan herbal yang dapat dikonsumsi dengan cukup sering.
***
Kembali ke gula-teh-kopi. Bahan-bahan ini bahkan sangat lekat dalam budaya masyarakat. Tidak hanya berbentuk minuman, masyarakat juga menyematkan makna simbolik. Sering komoditas ini menjadi pemanis tangan, oleh-oleh untuk orang-orang yang kita hormati, atau akan kita ambil hatinya. “Nggawa gula-teh,” membawa gula dan teh, jika kita akan berkunjung. [z]