Gerobak Makanan
\
Strategi jemput bola sudah diterapkan oleh para pedagang makanan sejak lama. Ungkapan bakul sinambi wara menandakan adanya kaum pedagang ini yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain, sambil menyebar berita.
Pada masa kini banyak dari mereka yang menggunakan gerobak untuk membawa servis penyediaan makanan langsung ke pelanggan. Kadang-kadang malah dapat suguhan live cooking … dan tentu COD, Cash on Delivery, bayar langsung pada tukang gerobaknya.
Bakso, nasi dan mi (goreng, rebus), soto, rujak dan lotis, putu mayang, es dung-dung, nasi kucing, adalah sebagian dari komoditas makanan yang dibawa berkeliling kampung dengan gerobak. Malah kadang tidak hanya makanan, mereka juga mengedarkan bahan-bahan makanan seperti pada gerobak tukang sayur.1
Secara mendasar, gerobak adalah peti beroda. Untuk menjadi sarana menjajakan makanan terdapat modifikasi atas bentuk dasar tersebut. Biasanya terdapat vitrin kaca di atas peti gerobag yang datar itu untuk meletakkan sekaligus memajang dagangan. Untuk yang harus menjaga makanan agar tetap hangat atau untuk dapat menyajikan live cooking, maka di peti bawah diberi kompor atau anglo dengan soblok yang dibenamkan pada peti. Dua handle di sisi belakang digunakan untuk mengendalikan gerobak. Di bagian atas kadang diberi atap untuk menaungi objek dan aktivitas yang ada dari terik matahari atau hujan. Kadang bagian itu juga untuk meletakkan barang-barang perlengkapan yang dibawa berkeliling seperti kursi.
Roda dapat berjumlah dua hingga tiga. Untuk gerobak roda dua umumnya terdapat kayu tumpuan di bagian depan agar jika berhenti gerobak dapat berposisi relatif datar sehingga barang-barang di atasnya tidak tumpah ke depan. Pendorong gerobak akan sedikit menaikkan bagian atas jika berjalan.
Gerobak juga dapat bertipe dorong atau kayuh. Untuk gerobak kayuh, bentuknya mirip becak dengan roda tiga namun tempat penumpangnya diganti dengan peti. Tentu konstruksi gerobak lebih sederhana daripada becak karena tidak begitu memerlukan kenyamanan untuk penumpangnya, yang mungkin berupa cilok itu.
***
Peti mungkin merupakan struktur dasar gerobak. Terdapat kata “gêrobog” dalam bahasa Jawa yang artinya adalah peti. Mungkin hanya rumah-rumah tradisional yang masih menyimpan gêrobog sehingga banyak yang tidak tahu istilah ini, tetapi banyak dari kita mungkin ingat istilah “rèk grobog“, yaitu korek api yang memiliki wadah kotak. Dahulu kotak korek tersebut terbuat dari kayu tipis dibungkus kertas biru.
Modifikasi yang cukup lanjut terjadi pada gerobak sate ayam Madura. Peti gerobak itu tidak berbentuk kotak persis melainkan dibentuk seperti kapal. Dahulu di bagian depan diletakkan lampu petromaks. Persis seperti kapal-kapal nelayan. Laci dibuat di samping gerobak, agak di depan, untuk menempatkan alat pemanggang, alias panggangan sate.
***
Gerobak ini ada yang digunakan untuk berkeliling menemui para pelanggan di pintu pagar mereka, ada pula yang digunakan untuk membawa dagangan dari rumah–atau pool–untuk dibawa ke satu tempat saja. Dagangan akan digelar di satu tempat tersebut hingga habis. Hal ini berpengaruh pada bentuk gerobak. Gerobak keliling akan lebih ramping, kecil, sehingga mudah dibawa menelusuri jalan-jalan yang mungkin sempit dan berkelok. Gerobak yang digunakan untuk berdagang pada tempat temporer dapat lebih besar seperti gerobak soto atau pecel lele Lamongan itu, atau warung kucing alias hik alias angkringan. Gerobak dengan kayuhan merupakan gerobak keliling yang daya jelajahnya lebih jauh daripada gerobak dorong.
Terdapat pula gerobak aksesori dagang. Misalnya, warung gaya angkringan yang diselenggarakan di suatu restoran. Gerobak di restoran tidak dimanfaatkan mobilitasnya sehingga roda boleh jadi hanya aksesori atau bahkan tidak memiliki roda. Karena itu mungkin lebih tepat benda kotak dan terbuat dari kayu (dan memiliki aksesori roda) tersebut disebut gêrobog atau kotak kayu saja.[z]
- Baca juga: Angkringan
- Gerobak tukang air untuk minum mungkin juga termasuk ke dalam upaya delivery komoditas bahan makanan (tepatnya minuman). [↩]