Salat Id 1 Syawal 1445
\
Sekadar mencatat, salat Id (shalat Ied, sholat Ied) pagi tadi, hampir di akhir perempat pertama abad ke-21, di Yogyakarta.
Seperti biasa saya jalani hampir dua puluh tahun terakhir ini, saya salat Id di Alu… eh di sekitar Alun-Alun Utara. Beberapa tahun terakhir salat Id di Alun-Alun Utara digeser ke halaman Masjid Gedhe, karena lapangan dengan dua pohon beringin di tengah itu sekarang berpagar dan nyaris tanpa kegiatan.
“Ritual” tradisi perayaan lebaran, idul fitri, bada, bakda, oleh publik sudah dimulai sejak semalam. Masjid-masjid di kampung-kampung di Kota Yogyakarta mengikuti takbir keliling, yang biasanya terbatas pada lingkup yang kecil, mungkin kemantren (kecamatan) atau malah kelurahan. Di beberapa tempat terdapat panggung kehormatan yang kelihatannya digunakan untuk tetamu terhormat menyaksikan atraksi dari peserta. Beberapa kepanitiaan juga melombakan pawai takbiran ini.1
Banyak anak-anak yang ikut, anak kecil, yang kadang masih duduk di stroller, didorong ibunya.
Saya hanya melihat satu-dua rombongan. Umumnya rombongan berjalan kaki, dengan lampion besar yang dipikul, dan lampion kecil yang dibawa masing-masing peserta. Soundsystem digunakan untuk mengumandangkan takbir dan aba-aba untuk mengatur rombongan. Alat musik dibawa sendiri, beberapa tambur atau belira yang mungkin dipinjam dari rombongan drum band.
Rombongan takbiran model lain adalah menggunakan mobil bak terbuka. Biasanya mereka mengandalkan soundsystem yang kerang, sementara hanya satu dua mobil yang bertakbir. Lainnya ya ikut muter-muter kota. Dengan mobil semacam ini jelajahnya lebih luas.
Pagi hari, salat id dilakukan di beberapa tempat di sekitar Ngasem. Tempat-tempat tersebut antara lain adalah terminal Ngabean di luar benteng, di Alun-alun Kidul, Masjid Rotowijayan, Masjid Gedhe Kauman, dan satu tempat lagi yang baru dilakukan tahun ini, adalah di masjid Dalem Mangkubumen.
Tahun ini, kebetulan, akan dikirim satu gunungan dari kraton ke Dalem Mangkubumen. Grebeg baru akan dilakukan besok pagi.
Saya salat di halaman masjid Gedhe. Akan tetapi, karena berangkat sudah mepet, maka tidak mendapat tempat di halaman masjid. Harus keluar lagi dan mendapat tempat di jalan di depan masjid, agak ke utara. Di sisi utara saya mungkin hanya sepuluh meteran panjang baris. Saya beruntung mengambil tempat di sini, karena mendapat buklet khotbah yang dibagikan oleh seseorang di ujung utara.
Jika di alun-alun dahulu baris perempuan terdapat di sisi belakang, maka di halaman masjid ini baris perempuan ada di sisi selatan. Mimbar terdapat di depan gerbang pagar dalam masjid.
Menjelang salat, anak-anak kecil mengedarkan kantong infak. Di beberapa tempat juga terdapat tenggok, bakul bambu, untuk infak. Dahulu anak-anak ini berseragam HW.
Sebagai imam dan khatib salat Id kali ini adalah Prof. Din Syamsuddin, mantan Ketua PP Muhammadiyah. Namun, di buklet khotbah dicantumkan jabatan beliau sebagai Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu, setingkat kecamatan. Biasanya beberapa hari sebelumnya terdapat spanduk untuk pemberitahuan lokasi, waktu, serta khotib/imam salat Id, namun saya tidak memperhatikan. Ada satu poster kecil tentang acara ini yang tertempel di papan pengumuman di satu gang di Rotowijayan, di seberang Kauman.
Salat Id di Masjid Gedhe, dan dahulu di Alun-Alun Utara, diselenggarakan oleh PHBI Provinsi DIY.
Khotbah kali ini lumayan tertib, tidak terlalu banyak orang yang meninggalkan tempat sebelum selesai. Namun, selesai rangkaian, banyak yang tidak membereskan koran yang bekas digunakan sebagai alas. Berbeda sewaktu salat Id masih dilaksanakan alun-alun, pada beberapa tahun terakhir terdapat imbauan untuk membuang koran bekas pada tempat yang disediakan, dan banyak yang mematuhi.
Kali ini tidak banyak pedagang makanan di sekitar lokasi. Akan tetapi makanan legendaris, sate kere, tetap hadir, meski yang berjualan bukan ibu-ibu yang biasanya. Ini seorang mas-mas yang kelihatan kerepotan melayani. [z]
- Di desa saya, tiga puluhan kilometer dari pusat kota, juga diselenggarakan takbir keliling sesuai dengan kabar poster pada wa grup warga. [↩]