Bungkus daun aka packaging tradisional
\
Masyarakat kita mengenal berbagai cara membungkus makanan dengan daun. Dalam dunia konsumsi modern, terdapat istilah packaging yang lebih berkonotasi menambah nilai pada sisi penjualan. Dalam bahasa sini adalah kemasan.
Buntel makanan dengan daun sebenarnya mungkin juga berkonotasi ke arah tersebut. Memang dalam bungkus-bungkus lama itu tidak dicantumkan merk, perusahaan, PIRT, atau barcode, tetapi pembungkusan itu selalu diupayakan tampil cantik.
Beberapa metode pembungkusan dengan daun mungkin terkait dengan konten, (bahan) makanan yang dibungkus. Setengah cair (yang nanti akan memadat jika dikukus) atau memang padat (seperti beras) … Beberapa teknik lain mungkin dipengaruhi oleh keinginan menyampaikan identitas makanan, yang kurang lebih akan berkait dengan pengertian packaging tadi. Orang akan cepat mengenali bahwa makanan yang di dalamnya adalah mendut, misalnya.
Berbeda dari wadah terbuat dari kertas atau plastik, wadah dan pembungkus daun juga dimaksudkan agar makanan beraroma tertentu. Oleh karena itu, beberapa jenis makanan dibungkus pada tengah proses pembuatan, yaitu tepat sebelum dikukus. Aroma (dan rasa tentunya) daun pembungkus akan meresap ke dalam makanan.
Beberapa teknik membungkus yang dikenal dalam budaya Jawa misalnya adalah tum, tĕmpèl, sudi, takir, pincuk. Sebenarnya tidak semua terkait dengan bungkus, sebab tidak sepenuhnya menutup material makanan.
Mungkin untuk ‘bungkus’ tradisional dengan daun ini kita bisa membagi menjadi buntĕl dan wadhah. Takir, sudi, pincuk adalah wadhah. Tum dan tĕmpèl adalah buntĕl (bungkus, wungkus).
Beberapa menjadi generik untuk berbagai keperluan seperti pincuk itu, yang bisa untuk wadah nasi pincuk atau pĕcĕl. Beberapa wadah khas untuk makanan-makanan tertentu seperti clorot dan kupat atau ketupat.
Pecel tentu dapat diwadahi dengan pincuk atau dibungkus dengan tum, tergantung, akan langsung dimakan atau harus dibawa ke tempat lain sehingga perlu dikemas dengan lebih baik.
Tum dapat digunakan untuk membungkus makanan sebelum dikukus, atau setelah jadi. Misalnya, jika membeli bubur pada penjual di pasar atau di pinggir jalan, kemudian akan dibawa pulang, maka bubur yang sudah matang itu akan di-tum saat diracik bersama sayur atau lauk. [z]