Hemat Lampu Hemat Energi
/
Tindakan ‘go green’ berkait dengan benda-benda kebanyakan hanya terbatas pada 3 R, yaitu reduce, reuse, dan recyle. Repair, memperbaiki, sering tidak dimasukkan sebagai R tersendiri (ikut reuse?) meskipun upaya ini dapat berdampak cukup besar bagi lingkungan, setidaknya bagi kantong kita. Barangkali pada titik tertentu repair menjadi tidak ekonomis. Akan tetapi untuk benda-benda keseharian kita kelihatannya masih cukup peluang untuk memperbaiki dan menggunakannya lagi.
Sedih juga melihat lampu-lampu bekas bergelimpangan. Lampu-lampu yang dinyatakan pada bungkusnya akan tahan menyala selama sekian ribu jam itu bergeletakan di kumpulan barang bekas. Mungkin keluarga kami ini boros listrik, menggunakan lampu secara intensif, sehingga lampu hemat energi itu dengan cepat telah mencapai masa akhir pemakaiannya.
Tetapi kadang tidak juga. Ada lampu yang rasanya belum lama dipasang sudah mati. Entah kenapa, barang kali juga sebenarnya telah memenuhi masa pakai hanya kami tidak menyadari.
***
Di pinggir pertigaan jalan tidak jauh dari rumah terdapat seseorang membuka lapak. Kelihatannya ia dapat mereparasi lampu hemat energi. Maka, pada satu sore kami membawa beberapa buah bangkai lampu hemat energi ke lapak tersebut. Ternyata betul, ia dapat memperbaiki lampu. Akan tetapi, tidak semua lampu ia perbaiki, hanya yang bermerek terkenal saja.
Pilih-pilih? Tidak juga. Ia berujar bahwa lampu yang ‘tidak bermerek’ (meski sebenarnya ada juga mereknya) terlalu mahal ongkos perbaikannya. Maksudnya, dengan ongkos yang sama kita dapat membeli lampu baru ‘tidak bermerek’ tersebut. Masuk akal juga.
Seperti apa perbaikannya? Sewaktu menunggui satu lampu diperbaiki, saya melihat ia membongkar lampu, mencoba tabung kaca, kemudian mengganti elco. Setelah itu, lampu berhasil kembali menyala dengan ‘baik’. Tentu agak suram sedikit karena tabung kaca telah agak menghitam karena bekas pemakaian yang cukup lama. Katanya, jika ‘kacanya mati’ maka harus dibelikan kaca baru.
***
Penasaran dengan cara kerja para tukang servis lampu, saya coba googling. Ternyata banyak blog yang memuat artikel tentang perbaikan lampu hemat energi ini. Banyak juga yang menawarkan suku cadangnya. Jadi, perbaikan lampu ternyata adalah hal yang jamak dilakukan. Hanya saja, bagi yang tidak terbiasa mengutak-atik barang elektronik maka akan asing dengan reparasi lampu model SL ini.
Kira-kira begini poin-poin kerjanya: setelah dibongkar, coba cek tabung kaca dengan multi-tester. Jika masih hidup, periksa rangkaiannya. Persis seperti mereparasi radio dan sebangsanya, periksa apakah ada yang terbakar. Adakah elco yang gembung. Jika tidak, periksa komponen lain satu demi satu, seperti dioda, transistor, serta kapasitor yang menjadi setarter… Untuk tindakan rinci silakan meng-google.
Komponen yang mati dapat diganti dengan cara kanibal pada lampu lain. Jika memiliki banyak bangkai lampu, maka kita dapat meng-oplos1 komponen-komponen yang masih baik agar ‘tercipta’ lampu hidup. Komponen-komponen elektronik terurai dapat dibeli di toko elektronik. Sementara itu, terdapat juga para penjual daring yang menawarkan rangkaian juga tabung kaca lampu model ini.
***
Kami masih menunggu seberapa kuat lampu hasil perbaikan di pinggir jalan ini akan bertahan. Jika tidak 100% seperti baru seharga tujuh belas hingga empat puluhan ribu rupiah, maka saya harap akan sepadan dengan ongkos sepuluh ribu rupiah untuk mengganti elco, secara kanibal lagi …2 Pun perbaikannya dilakukan secara, ah apa namanya. Hanya dicoba-coba tanpa diperiksa dengan multi-tester atau peralatan sebangsanya.
Hal lain yang masih mengganggu, apakah ongkos perbaikan itu juga sepadan dengan penurunan kualitas lampu (yang mbleret karena kaca yang sudah menghitam) dsb? Kira-kira daya yang dibutuhkan oleh lampu sama dengan lampu baru, tetapi kualitas keluarannya (sinar) dapat lebih rendah karena kaca yang redup… [z]
Catatan Kaki